Monday, September 22, 2008

Buka buka kenangan surat lamaran kerja

TO:
HRD


Dear Sir/Madam,

I am looking forward and I’m interested to joining in your company.

My name is Arif, I was born in Sragen - Indonesia , Februari 28th, 1982. I held a bachelor degree in IT, from Faculty of Computer science, Dian Nuswantoro Univercity, graduated in March, 2004.

I am hard worker, creative, good analytical skill, eager to learn, and fast learner. Furthermore, I have good interpersonal skills and can work as a team.

As the consideration, I send my curriculum vitae, degree photocopy, academic transcript, ID and photograph. I would glad to join in your company, and I am waiting for an interview to discuss my qualifications and your requirements at your convenience.

This is my application letter, Thank you for your kindness and attention.

Sincerely,

Arif

Wednesday, September 17, 2008

How to Uninstall Trend Micro Officescan Client

I had the same problem because it was a Corporate edition. Follow these steps, it worked for me. To remove / reset the uninstall password for Trend Micro OfficeScan

Edit Ofcscan.ini file. (Do a search.)

On Windows.95/98/XP machines it is usually in C:\Windows\Ofcscan.ini

On Windows.NT/2K machines it is usually in C:\WINNT\Ofcscan.ini

Open the Ofcscan.ini file using notepad search for the [INI_CLIENT_SECTION]
Find the line reading Uninstall_Pwd= and type a # at the beginning of the line to comment it out.

Insert a new line saying Uninstall_Pwd=70

Save the Ofcscan.ini file and retry the uninstall. When it prompts you for a

password, enter a '1'.


Good Luck!

Friday, September 12, 2008

Upload Video Keysha di Youtube

bengong dikantor... nggak ada kerjaan... ahirnya iseng iseng aja masukin videonya keysha yang kmarin dikirim sm mamah.... ahirnya berhasil juga walaupun gambarnya miring he... he... gambarnya miring karena mamah ngambil videonya posisinya miring. Alamat video keysha di youtube http://www.youtube.com/v/g3-87wBhLOc


http://www.youtube.com/watch?v=_q245w2rHC8
http://www.youtube.com/watch?v=4HU-hTadWzs

Pengaruh Tahajud terhadap Kesehatan

Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji disisi Allah (Qs Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Dr. Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunnah itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker.

Tidak percaya?

"Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. Jika anda melakukannya secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya anda terbebas dari infeksi dan kanker", ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan "tukang obat" jalanan.
Dia melontarkan pernyataannya itu dalam desertasinya yang berjudul "Pengaruh Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Respons Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi"

Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu.

Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah salat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara kontinue, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan imfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi. (coping). Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitik beratkan pada sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.
Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis.

Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00- normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahajjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11* rakaat, masing-masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormone kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika) Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajjud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil.

"jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efektif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress," Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.

"Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan Berkurbanlah", (Q.S. Al-Kautsar:2)
Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita ???????

Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu itu telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Quran" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.

Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja.

Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang waktu yang di ajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Kesimpulannya : Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal.

Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa! untuk mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini. Wallahu a'lam

"Anda ingin beramal shaleh...? Tolong kirimkan kepada rekan-rekan muslim lainnya yang anda kenal."

Tuesday, September 09, 2008

Emha Ainun Nadjib

Gusti Allah Tidak 'Ndeso'
Beragama yang Tidak Korupsi
Oleh: Emha Ainun Nadjib

Suatu kali Emha Ainun Nadjib ditodong pertanyaan beruntun. "Cak Nun,
misalnya pada waktu bersamaan sampeyan menghadapi tiga pilihan, yang
harus dipilih salah satu: pergi ke masjid untuk shalat Jumat,
mengantar pacar berenang, atau mengantar tukang becak miskin ke rumah
sakit akibat tabrak lari, mana yang sampeyan pilih?"

Cak Nun menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan."

"Tapi sampeyan kan, dosa karena tidak sembahyang?" kejar si penanya.

"Ah, mosok Gusti Allah ndeso gitu," jawab Cak Nun.

"Kalau saya memilih shalat Jumat, itu namanya mau masuk surga tidak
ngajak-ngajak, " katanya lagi. "Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan
ke surga orang yang memperlakukan sembahyang sebagai credit point
pribadi.

Bagi kita yang menjumpai orang yang saat itu juga harus ditolong,
Tuhan tidak berada di mesjid, melainkan
pada diri orang yang kecelakaan itu. Tuhan mengidentifikasikan
dirinya pada sejumlah orang. Kata Tuhan: kalau engkau menolong orang
sakit, Akulah yang sakit itu. Kalau engkau menegur orang yang
kesepian, Akulah yang kesepian itu. Kalau engkau memberi makan orang
kelaparan, Akulah yang kelaparan itu.

Seraya bertanya balik, Emha berujar, "Kira-kira Tuhan suka yang mana
dari tiga orang ini.
Pertama, orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun
masjid, tapi korupsi uang negara.
Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hafal al-quran,
menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan
mengobarkan semangat permusuhan.
Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka
beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang?"

Kalau saya, ucap Cak Nun, memilih orang yang ketiga.
Kalau korupsi uang negara, itu namanya membangun neraka, bukan membangun masjid.
Kalau
korupsi uang rakyat, itu namanya bukan membaca al-quran, tapi
menginjak-injaknya.
Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya tidak sembahyang, tapi menginjak Tuhan.
Sedang orang yang suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang,
itulah orang yang sesungguhnya sembahyang dan membaca al-quran.

Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur lewat shalatnya.
Standar kesalehan seseorang tidak melulu dilihat dari banyaknya dia
hadir di kebaktian atau misa. Tolok ukur kesalehan hakikatnya adalah
output sosialnya: kasih sayang sosial, sikap demokratis, cinta kasih,
kemesraan dengan orang lain, memberi, membantu sesama. Idealnya, orang
beragama itu mesti shalat, misa, atau ikut kebaktian, tetapi juga
tidak korupsi dan memiliki perilaku yang santun dan berkasih sayang.

Agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalah sikap.
Semua agama tentu mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan cinta kasih
pada sesama. Bila kita cuma
puasa, shalat, baca al-quran, pergi kebaktian, misa, datang ke pura,
menurut saya kita belum layak disebut orang yang beragama. Tetapi bila
saatbersamaan kita tidak mencuri uang negara, meyantuni fakir miskin,
memberi makan anak-anak terlantar, hidup bersih, maka itulah orang
beragama.

Ukuran keberagamaan seseorang sesungguhnya bukan dari kesalehan
personalnya, melainkan diukur dari kesalehan sosialnya. Bukan
kesalehan pribadi, tapi kesalehan sosial. Orang beragama adalah orang
yang bisa menggembirakan tetangganya. Orang beragama ialah orang yang
menghormati orang lain, meski beda agama. Orang yang punya solidaritas
dan keprihatinan sosial pada kaum mustadh'afin (kaum tertindas). Juga
tidak korupsi dan tidak mengambil yang bukan haknya. Karena itu, orang
beragama mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi. Bukan
orang-orang yang meratakan dahinya ke lantai masjid, sementara
beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta
kelaparan.

Ekstrinsik VS Intrinsik

Dalam sebuah hadis diceritakan, suatu ketika Nabi Muhammad SAW
mendengar berita perihal seorang yang shalat di malam hari dan puasa
di siang hari, tetapi menyakiti tetangganya dengan lisannya. Nabi
Muhammad SAW menjawab singkat, "Ia di neraka." Hadis ini
memperlihatkan kepada kita bahwa ibadah ritual saja belum cukup.
Ibadah ritual mesti dibarengi ibadah sosial. Pelaksanaan ibadah ritual
yang tulus harus melahirkan kepedulian pada lingkungan sosial.

Hadis di atas juga ingin mengatakan, agama jangan dipakai sebagai
tameng memperoleh kedudukan dan citra baik di hadapan orang lain. Hal
ini sejalan dengan definisi keberagamaan dari Gordon W Allport.
Allport, psikolog, membagi dua macam cara beragama: ekstrinsik dan
intrinsik.

Yang ekstrinsik memandang agama sebagai sesuatu yang dapat
dimanfaatkan. Agama dimanfaatkan demikian rupa agar dia memperoleh
status darinya. Ia puasa, misa,
kebaktian, atau membaca kitab suci, bukan untuk meraih keberkahan
Tuhan, melainkan supaya orang lain menghargai dirinya. Dia beragama
demi status dan harga diri. Ajaran agama tidak menghujam ke dalam
dirinya.

Yang kedua, yang intrinsik, adalah cara beragama yang memasukkan
nilai-nilai agama ke dalam dirinya. Nilai dan ajaran agama terhujam
jauh ke dalam jiwa penganutnya. Adanya internalisasi nilai spiritual
keagamaan. Ibadah ritual bukan hanya praktik tanpa makna. Semua ibadah
itu memiliki pengaruh dalam sikapnya sehari-hari. Baginya, agama
adalah penghayatan batin kepada Tuhan. Cara beragama yang intrinsiklah
yang mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan penuh kasih sayang.

Keberagamaan ekstrinsik, cara beragama yang tidak tulus, melahirkan
egoisme. Egoisme bertanggungjawab atas kegagalan manusia mencari
kebahagiaan, kata Leo Tolstoy. Kebahagiaan tidak terletak pada
kesenangan diri sendiri. Kebahagiaan terletak pada
kebersamaan.
Sebaliknya, cara beragama yang intrinsik menciptakan kebersamaan.
Karena itu, menciptakan kebahagiaan dalam diri penganutnya dan
lingkungan sosialnya. Ada penghayatan terhadap pelaksanaan ritual-ritual agama.

Cara beragama yang ekstrinsik menjadikan agama sebagai alat politis
dan ekonomis. Sebuah sikap beragama yang memunculkan sikap hipokrit;
kemunafikan. Syaikh Al Ghazali dan Sayid Quthb pernah berkata, kita
ribut tentang bid'ah dalam shalat dan haji, tetapi dengan tenang
melakukan bid'ah dalam urusan ekonomi dan politik. Kita puasa tetapi
dengan tenang melakukan korupsi. Juga kekerasan, pencurian, dan
penindasan.

Indonesia, sebuah negeri yang katanya agamis, merupakan negara penuh
pertikaian. Majalah Newsweek edisi 9 Juli 2001 mencatat, Indonesia
dengan 17.000 pulau ini menyimpan 1.000 titik api yang sewaktu-waktu
siap menyala. Bila tidak dikelola, dengan mudah beralih menjadi bentuk
kekerasan yang memakan korban.
Peringatan Newsweek lima tahun lalu itu, rupanya mulai memperlihatkan
kebenaran. Poso, Maluku, Papua Barat, Aceh menjadi contohnya. Ironis.

Jalaluddin Rakhmat, dalam Islam Alternatif menulis betapa banyak umat
Islam disibukkan dengan urusan ibadah mahdhah (ritual), tetapi
mengabaikan kemiskinan, kebodohan, penyakit, kelaparan, kesengsaraan,
dan kesulitan hidup yang diderita saudara-saudara mereka. Betapa
banyak orang kaya Islam yang dengan khusuk meratakan dahinya di atas
sajadah, sementara di sekitarnya tubuh-tubuh layu digerogoti penyakit
dan kekurangan gizi.

Kita kerap melihat jutaan uang dihabiskan untuk upacara-upacara
keagamaan, di saat ribuan anak di sudut-sudut negeri ini tidak dapat
melanjutkan sekolah. Jutaan uang dihamburkan untuk membangun rumah
ibadah yang megah, di saat ribuan orang tua masih harus menanggung
beban mencari sesuap nasi. Jutaan uang dipakai untuk naik haji
berulang kali, di saat ribuan orang
sakit menggelepar menunggu maut karena tidak dapat membayar biaya
rumah sakit. Secara ekstrinsik mereka beragama, tetapi secara
intrinsik tidak beragama.

Sumber: Jalal Center

Thursday, September 04, 2008

Quite interesting!




Quite interesting!
Keep Walking.....


Jus to check this out......
The Organs of your body have their sensory touches at the bottom of your foot, if you massage these points you will find relief from aches and pains as you can see the heart is on the left foot.

Analogi Ngupil and ML

Analogi Ngupil and ML

Anak (A) : Pak, Kenapa sih making love itu enak banget?
Bapak (B) : Wah, itu kayak sensasi waktu kamu ngupil pake jari kamu,nak.
A : Trus, kenapa cewek lebih menikmatinya, pak?
B : Karena waktu kamu ngupil, yang kerasa paling enak khan hidung kamu dan
bukan jari , pada jari kamu.

A : Terus, kenapa cewek benci banget amit-amit jabang bayi kalo mereka
diperkosa?
B : Ya, seperti kalo kamu dijalan ketemu orang asing, trus orang asing itu
pengen ngupilin hidung kamu pake jarinya dia.... ngeselin khan?
A : Kenapa cewek nggak bisa/nggak mau gituan waktu mereka lagi datang bulan?
B : Kalo hidung kamu berdarah, kamu masih pengen terus ngupil?
A : Katanya, semakin banyak sperma laki-laki yang keluar waktu
orgasme,semakin besa kenikmatannya. Bener nggak sih Pak?
B : Semakin besar upil yang kamu dapet waktu ngorek, semakin puas nggak
kamu?
A : Kenapa cowok nggak suka pake kondom waktu mereka making love?
B : Kamu suka nggak ngupil pake sarung tangan?
A : Wahhh Bapak pinter banget deh .. hehehe.